Created by Tio Prasetyo
Pendidikan
pada hakikatnya merupakan sebuah kegiatan yang diperuntukan untuk menciptakan
pribadi-pribadi intelektual, tidak hanya untuk sekedar tau, tapi juga memahami
serta mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sangat
disayangkan, fakta atau realitas yang terjadi tidaklah demikian. Pendidikan
hanya dianggap sebagai sebuah kewajiban bukanlah sebuah kebutuhan dimana esensi
dari pendidikan itu sendiri dikesampingkan dan membuat pendidikan itu sendiri
menjadi semakin bersifat pragmatis. Pendidikan hanya berorientasi pada sebuah
hasil akhir tanpa memperhatikan cara atau proses yang berjalan.
Keadaan
yang seperti ini membuat system pendidikan yang berjalan pun menjadi kacau, sifat
pragmatis tersebut menjadikan para peserta didik terus-menerus ditekan oleh
beban akan bobot mata pelajaran tanpa mereka mengetahui implementasii dari
ilmu-ilmu yang mereka dapatkan. Pendidik hanya member ilmu atas dasar untuk
memenuhi standar atau syarat yang telah ditentukan oleh sistem yang mana telah
mengesampingkan implementasi seperti yang disebut diatas. Bukan hanya itu,,
lebih mengenaskan lagi dimana sang pendidik pada saat memberikan ilmu mereka
bagaikan seorang dewa. Segala sesuatu yang disampaikan oleh para pendidik
seolah-olah merupakan kebenaran mutlak yang harus diamini oleh semua peserta
didik, karena mereka merasa paling mengetahui dan merekalah yang paling benar.
Sungguh
menyedihkan, karena sikap seperti ini sangat berbahaya bagi prospek dari
peserta didik. Hal ini dapat membunuh kreatifitas dan pemikiran-pemikiran
kritis dari peserta didik. Pendidikan seakan bagai penjara yang selalu saja
mengekang “kebebasan” yang seharusnya didapatkan oleh para peserta didik. Lalu,
bagaimana dengan tujuan pendidikan yang untuk menciptakan kaum-kaum
intelektual? Bagaimana dengan pendidikan yang katanya memanusiakan-manusia?
Pendidikan kita sekarang ini bukannya berusaha untuk menciptakan kaum intelektual
tetapi tidak lebih hanya mencetak para kaum budak. Apa yang terjadi pada
pendidikan kita? Masih relevankah kita sebut keadaan ini sebagai pendidikan?
Atau kah penjara? Dan, siapakah yang patut untuk bertanggung jawab akan keadaan
ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar