Kamis, 12 Juni 2014

Konflik Taliban

Berakhirnya perang dingin membawa konsekuensi yang sangat nyata bagi perpolitikan dunia. Fukuyama mengatakan bahwa bentuk ideal pemerintahan telah ditemukan, dan demokrasi liberal telah menang, tidak ada lagi konflik ideologi, begitu juga konflik-konflik besar lainnya. Melihat kondisi yang demikian, maka Institusi internasional mempunyai peran yang sangat signifikan karena setiap negara sangat bergantung pada aktor-aktor penting yang berperan dalam urusan internasional, oleh karenanya Institusi Internasional mempunyai peran dalam mengatur dan membatasi apa yang dilakukan oleh negara.
Namun, sebagai dampak dari itu semua adalah muncul apa yang disebut gagal negara, karena semakin melemahnya kekuatan negara. Indikasinya adalah ambruknya otoritas pemerintahan, meningkatnya konflik antar-suku, antar-etnis, dan antar-agama, munculnya mafia kejahatan internasional, meningkatnya jumlah pengungsi hingga mencapai berpulu-puluh juta, menyebarnya terorisme, dan merajalelanya pembantaian dan pembersihan etnis.
Dalam tesisnya, Hutington lebih condong pada konsepsi yang keempat di mana dia memunculkan tentang benturan peradaban. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa sumber utama konflik di dunia baru ini bukanlah ideologi atau ekonomi, budayalah yang akan menjadi faktor pemecah belah umat manusia dan sumber konflik yang dominan. Negara-bangsa masih menjadi aktor dominan dalam percaturan dunia, namun konflik utama dari politik global akan terjadi antara negara dan kelompok dari peradaban yang berbeda.
Hal yang demikian seperti yang dikatakan Hutington dalam tesisnya, tergambar dalam beberapa peristiwa yang terjadi. Seperti halnya adalah peristiwa atau konflik yang terjadi di Taliban. Konflik ini terjadi sesaat ketika Uni Soviet runtuh dan digantikan dengan Rusia, Afghanistan yang kemudian terpecah belah di antara penguasa yang komunistis atheis dengan Taliban yang Islami. Namun, didalam kubu Islam sendiri malah terjadi perpecahan kembali dalam memerangi rezim komunis di Afganistan. Hal ini dikarenakan adanya perselisihan dan pertempuran satu sama lain demi menjadi pihak yang paling berkuasa di Afganistan dan mulai saat itu Afganistan mulai terjerumus dalam kekacauan dan perang sipil. Konflik dan kekacauan utamanya lebih terasa dibagian selatan Afganistan yang letaknya jauh dari Ibukota Kabul.
Taliban sendiri awalnya hanyalah perkumpulan dari para pelajar madrasah di Afganistan, karena mengingat arti dari Taliban sendiri itu adalah berasal dari kata “talib” yang berarti pelajar. Kelompok pelajar ini perlahan menjadi sebuah kelompok gerakan tersendiri dimana gerakan ini berdasar kepada ajaran agama Islam. Oleh karenanya gerakan ini banyak mendapat perhatian dan simpati dari masyarakat banyak, namun gerakan ini juga tidak semerta-merta bersih dari pro-kontra. Taliban selain dijunjung dengan nilai-nilai agama Islam yang dibawanya, juga dikecam dan sangat disayangkan karena Taliban dianggap menganut aliran-aliran garis keras dalam Islam.
Konflik di Taliban awalnya juga hanya merupakan sebuah konflik internal dimana adanya persaingan dalam meperebutkan tampuk kekuasaan di Afganistan seperti yang telah disnggung oleh penulis sebelumnya. Namun konflik ini menjadi sebuah permasalahan baru dan  menjadi sorotan dunia ketika AS mulai ikut campur dalam konflik ini. Hal ini dikarekan Taliban dianggap mempunyai hubungan kerjasama dengan kelompok ekstrimis Internasional Al-Qaeda yang diduga merupakan dalang serangan 11 September 2001 yang meledakkan gedung kembar Pusat Perdagangan Dunia (WTC) di New York dan Departemen Pertahanan AS Pentagon di Washington.
Mengapa sampai timbul praduga seperti itu? Bukankah Taliban hanya ingin meraih tampuk kekuasaan di Afganistan? Sebenarnya apa kaitannya Taliban dengan kelompok ekstrimis yang disebutkan diatas tersebut? Mari kita lihat latar belakangnya sampai terjadi konflik yang berkepanjangan tersebut. Ya, sebenarnya Taliban awalnya hanyalah sebuah kelompok milisi kecil yang terdiri dari para pelajar madrasah di Afganistan dan itu pun jumlahnya hayalah ratusan, namun Taliban mulai mempunyai peran aktif dan sangat berpengaruh ketika Ia mendapat sokongan bantuan dari berbagai penjuru, seperti halnya dari Pakistan, para pelajar madrasah yang sedang menimba ilmu di Pakistan berbondong-bondong datang ke Afganistan untuk bergabung dan berjuang bersama Taliban dan seketika jumlah personil Taliban menjadi belasan ribu orang. Selain itu, Taliban juga mendapat bantuan dana, persenjataan dan pelatihan militer dari organisasi intelijen Pakistan (ISI) yang berniat menjadikan Afganistan sebagai bagian dari pengaruh regionalnya. Arab Saudi dan kelompok ekstrimis Internasional Al-Qaeda juga disebut-sebut turut menyokong Taliban. Mulai dari sinilah, dimana keterlibatan pihak asing dalam pergerakan Taliban yang membawanya kedalam konflik yang tidak hanya bersifat intern tetapi juga bersifat internasional. Disisi lain, dengan begitu banyaknya batuan yang diterimanya, kini Taliban muncul sebagai kekuatan baru yang patut untuk diperhitungkan di Afganistan.
Dengan kekuatan baru yang dimilikinya Taliban terus melancarkan serangan-serangan dan menaklukan beberapa wilayah di Afganistan. Utamanya bagian selatan dan Timur Afganistan. Disisa tahun 1994, Taliban disebut-sebut telah berhasil merebut 12 dari 34 provinsi yang berada diluar kendali pemerintah pusat Afganistan saat itu. Memasuki awal tahun 1995, Taliban terus memperluas wilayah taklukannya ke Afganistan bagian utara dan barat hingga perlahan tapi pasti mereka semakin dekat dengan Kabul, Ibukota dari Afganistan. Hal ini tentu memunculkan kegelisahan dari pihak pemerintah Afganistan tersendiri, sehingga Menteri Pertahanan Afganistan, Ahmad Shah Massoud mencoba untuk menawarkan perundingan dengan pihak Taliban untuk menciptakan stabilitas di Afganistan yang kemudian ditolaknya tawaran tersebut oleh pihak Afganistan. Gagalnya perundingan tersebut lantas diikuti dengan mulai menjalarnya perang ke Kota Kabul.
Pemerintah Afganistan tak lagi kuasa menangani serangan demi serangan yang diluncurkan oleh Taliban, dan keadaan semakin terlihat tidak memungkinkan untuk pemerintah Afganistan untuk tetap bertahan dan memukul mundur Taliban dari Kota Kabul. Hingga akhirnya Massoud memerintahakan para pengikutnya untuk segera meninggalkan Kabul pada 26 September 1996 dan Ibukota Kabul jatuh dibawah kekuasaan Taliban yang kemudian sistem pemeritahan pun diubah menjadi emirat Islam, kini Afganistan berada dibawah kekuasaan Taliban. Afganistan dibawah pimpinan Massoud mengungsi kebagian utara, disitu mereka mendapat bantauan dari Dosim yang mana dulunya merupakan musuhnya sebelum Taliban menyerang dan menguasai Afganistan, kemudian aliansi tersebut menyerang Taliban sampai akhirnya Talibanpun mampu menaklukan aliansi teresebut dengan mengadakan operasi militer kebagian utara Afgnistan tersebut dan kemudian Dosim melarikan diri. Pada tahun 2001 terjadi penyerangan dan penghancuran gedung kembar WTC dan AS menduga ini merupakan aksi dari kelompok Al-Qaeda yang waktu itu dipimpin oleh Osama bin Laden dimana kelompok ekstrim tersebut menjalin sebuah kerjasama dengan Taliban dan kala itu pula sedang berada di Afganistan. AS kemudian meminta Taliban untuk menyerahkan Osama kepada AS, namun Taliban malah kemudian memberikan syarat dan bukti penuduhan bahwa Osama lah dalang dari peristiwa tersebut. Hal ini sudah tentu ditolak oleh AS yang kemudian ditanggapinya dengan jalan kekerasan. AS mulai mengirim bala tentaranya (NATO) untuk menginvasi Afganistan dengan seragan bom yang dijatuhkan dari udara, hingga akhirnya pertarungan pun terjadi. Pasukan koalisi juga turut dibantu oleh pasukan-pasukan lain seperti Arab, Iran dan kelompok Aliansi Utara. Dari jumlah pasukan atau personil sudah tentu Taliban kalah telak, oleh karenanya Taliban pun berhasil dipukul mundur dari Ibukota Kabul dan mencoba dibasis pertahanan terakhir mereka di Kandahar, Afganistan Selatan.
Meskipun keadaan yang memojokan Taliban, mereka tetap tak gencar dan terus melancarkan serangan demi serangan gerilya atau kecil-kecilan. Ditambah dengan bantuan atas simpati penduduk lokal terhadap Taliban dikarenakan kebencian mereka terhadap keompok koalisi dan pemerintahan Afganistan pasca era Taliban. Tahun 2006 diaggap sebagai kebangkitan dari Taliban, bantuan dana yang terus mengalir dari Pakistan merupakan sokongan utama yang membuatnya dapat bangkit kembali dan juga dengan pelatihan militer untuk orang-orang Taliban.
Hingga pertengahan tahun 2012, Taliban masih aktif melakukan perang gerilya di Afganistan. Menurut laporan PPB di tahun 2011, Taliban disebut-sebut yang bertanggung jawab atas tewasnya 80% penduduk sipil dalam konflik bersenjata di Afganistan. Pasukan koalisi kesulitan dalam memusnahkan Taliban, karena selain kondisi alam atau medan yang sulit juga tempat atau keberadaan markas kelompok Taliban yang sampai saat ini belum diketahui keberadaan pastinya. Pasukan atau kelompok koalisi tidak akan menarik personilnya dari Afganistan sebelum Taliban berhasil dimusnahkan, karena dikhawatirkan Taliban akan kembali bagkit dan menguasai Afganistan mengingat kekuatannya yang semakin besar dan kuat karena pasukannya yang semakin banyak dengan dibantu dari personil-personil diluar Afgaistan yang bersimpati terhadap Taliban. Hal ini mengakibatkan perang atau konflik yang lebih dikenal dengan konflik Taliban ini terus terjadi hingga saat ini. Guna penyelesaian konflik ini seharusnya lembaga Internasional langsung mengambil alih terhadap permasalahan yang terjadi di Afganistan ini, dan segera menyelenggarakan perundingan untuk pihak-pihak yang bersangkutan agar tidak ada lagi pertumpahan darah dan keadaan serta keamanan kembali stabil kembali tentunya dengan kepatuhan pihak-pihak yang bersangkutan terhadap hasil daripada perundingan yang dilakukan. Jika tdak, konflik ini akan menjadi konflik yang berkepanjangan atau konflik abadi tanpa ada penyelesaian yang mengakhirinya.

Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar